Banyak suka duka yang dialaminya walau terjun dalam mengelola bisnis relatif masih baru. Selama 5 tahun lebih mengelola bisnis rumput laut yang unik dengan persaingan yang sangat keras, bahkan nyaris tergilas saat mulai merintis bersama dengan sahabat-sahabatnya. Seperti yang diceritakannya kepada penulis: “Waktu itu kami memulainya dari rasa kepedulian kami terhadap para petani budidaya yang selalu lemah posisi tawarnya.”
Lemahnya posisi tawar utamanya karena pedagang yang membeli rumput laut tersebut tidak pernah memberi informasi yang akurat tentang kadar air yang diperlukannya serta kadar kotoran yang terdapat pada rumput laut tersebut. Kadar air diukur secara manual dengan menggunakan genggaman tangan, sedangkan kadar kotoran hanya berdasarkan visual. Kedua ukuran tersebut sangat normative. Ukuran normatif tersebut dapat berbeda menurut waktu, tempat dan pembeli. Ukuran normatif yang demikian menyebabkan petani tidak mempunyai hak tawar terhadap komoditas
Akibatnya harga rumput laut pada tingkat petani relatif rendah dan tidak seragam antara satu pembudidaya dengan pembudidaya yang lain. Tidak simetrisnya informasi ini mendorong petani menangani produk hasil panen rumput lautnya tidak menurut permintaan konsumen.
Berawal dari pengalamannya semasa menjadi aktivis mahasiswa di Universitas Hasanudin, jaringan LSM dan mengelola BDSP Mattirotasi di Sulawesi Selatan, memberikan tekat yang kuat dari dirinya untuk memberdayakan masyarakat petani di lingkungannya untuk hidup mandiri dan dapat mencukupi kebutuhan hidup sendiri.
Di jajaran petani rumput laut Sulawesi selatan, nama Mursalin tidak asing lagi. Berusia muda tidak lebih dari 40 tahun, dengan pembawaannya yang low profile, bicaranya ceplas-ceplos dengan logat Makassar yang masih kental, senyumnya tak lekang dari bibir, dia mempunyai catatan panjang dalam bisnis yang unik ini. “Proses pendampingan yang kami lakukan di berbagai daerah kepada kelompok tani merupakan salah satu proses pembelajaran yang secara tidak langsung bermanfaat bagi kami dalam mengelola bisnis ini,” ujarnya. Ditambahkannya bahwa relationship adalah kunci utama kesuksesan dalam suatu bisnis, Relationship dengan pelanggan memerlukan saling pengertian, saling percaya dan tidak mencederai satu sama lain dalam proses jual beli yang dinamis.
Kendala memulai usaha bahkan kegagalan dalam usaha adalah hal biasa. “Kita harus bangkit dan mencari terobosan baru atau inovasi baru. Harus jeli melihat competitors atau pesaing kita, mengapa mereka bisa sukses, dimana kelebihannya. Apakah faktor harga, kualitas, inovasi atau servicenya ? Itu yang harus selalu kita diskusikan bersama teman-teman,” ujarnya. “Rumput laut mulai langka di pasaran akibat hujan yang berkepanjangan dalam tahun ini. Akibatnya harga mulai naik menjadi sekitar Rp 7.000 – Rp. 8.000 per kilogram, Di satu sisi kami harus menyadarkan kepada kelompok petani kami untuk tidak terlalu ikut-ikutan menaikkan harga, tetapi di lain pihak kami juga menjelaskan kepada pabrikan yang menjadi pelanggan kami untuk memberikan insentif kepada petani agar proses transaksi di kemudian hari oleh petani tidak terganggu hanya karena kualitasnya menurun.”
Saat ini dia tergabung dalam sebuah usaha bersama dengan para sahabatnya yang diberi nama “Celebes Seaweed Group” yang beralamat di Jalan Manunggal 31 No.93, Makassar, dan telah berhasil menguasai pasar di Sulawesi Selatan, khususnya untuk rumput laut jenis Gracilaria dan secara kontinyu telah meng ekspor ke China. “Kami pernah diundang ke sana (China) untuk melihat-lihat industri pengolahan rumput laut. Kita seharusnya mencontoh keberhasilan mereka dalam mengembangkan industri pengolahannya, tidak selalu hanya mengekspor bahan baku saja.
Kami siap membantu Pemerintah bila ingin memajukan industri pengolahan di Makassar, tapi tolong juga dipertimbangkan penyiapan industri pendukungnya dan kebijakan-kebijakan yang kondusif baik bagi petani maupun industrinya sendiri agar mampu bersaing dalam harga dan kualitasnya. Tidak seperti sekarang ini infrastruktur pendukung pengolahan rumput laut banyak tersebar di pulau jawa, sedangkan kami disini babak belur untuk menyangga agar harga rumput laut sesuai dengan keinginan petani budidaya dan kemampuan dari pabrikan.”
Akhir kata saat menutup perjumpaan, dengan kerendahan hatinya dia menyatakan “Apalah artinya saya jika tidak didukung oleh para sahabat di sekeliling saya”. Demikianlah sosok Mursalin yang penulis kenal, seorang pekerja keras, teguh dalam berkomitmen dan sangat idealis. (Rp-PIUMKM)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar